I.
PENGERTIAN MAJAS
Majas sudah seringkali dibicarakan
orang terutama oleh para pakar, baik dari bidang linguistik maupun bidang
sastra. Menurut kamus B.Indonesia yang diterbitkan oleh Tim Media Center
Pressindo, Majas adalah kiasan, cara menggambarkan sesuatu dengan jalan
memperbandingkan atau menyamakan dengan sesuatu yang lain. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga
dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik[1]. Seorang
pakar Slamet Mulyana mendefinisikan majas sebagai susunan perkataan yang
terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan
suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Dari beberapa pengertian diatas
bisa kita tarik sebuah kesimpulan, bahwa majas adalah cara menampilkan diri
dalam berbahasa, baik secara tulisan maupun lisan yang di realisasikan melalui
kiasan. Majas merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan disaat seseorang
ingin mengungkapkan perasaannya, dan seringkali menimbulkan reaksi berupa
tanggapan.
II.
KLASIFIKASI MAJAS
Majas dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori, menurut Moeliono dalam bukunya Kembara Bahasa (1979),
majas diklasifikasi menjadi tiga kelompok yakni, Majas Perbandingan, Majas
Pertentangan, dan Majas Pertautan. Dalam pembahasan ini akan kita ulas pula
2 majas tambahan yaitu Majas Sindiran dan Majas Perulangan.
A.
Majas Perbandingan Makna
Ada banyak majas yang masuk dalam katagori
ini. Berikut beberapa majas tersebut :
1.
Simile
Simile adalah majas yang mengungkapkan sesuatu
secara tidak langsung, dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan
kata depan dan penghubung, misalnya : Seperti, layaknya, bagaikan,
semisalnya dll.
Contoh : -
Pemuda itu bagaikan seorang Jawara dari Timr Tengah.
-
Persahabatan
kami layaknya sebuah rantai kokoh.
2.
Metafora
Metafora adalah majas yang mengungkapkan
sesuatu secara langsung yang menggunakan kata-kata kiasan yang bukan arti
sesungguhnya namun memiliki suatu sifat yang sama dan berupa perbandingan
analogis dengan menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan, dll.
Contoh : -
Engkau adalah belahan jantung hatiku;
-
Raja siang
telah merangkak keluar dari ufuk timur
-
Dengan penuh semangat santri berlayar menuju
cita-cita
3.
Personifikasi
Personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang
membandingkan benda mati atau yang tidak bergerak seolah-olah bernyawa
sebagaimana sifat-sifat yang dimiliki manusia.
Contoh :
Daun nyiur melambai-lambai
Angin berbisik membelai rambutku
Mentari tersenyum diufuk timur
Era globalisasi mengguncang budaya asli
4.
Depersonifikasi
Depersonifikasi adalah majas yang menampilkan
manusia sebagai binatang, benda-benda alam, atau benda lainnya. Depersonifikasi
merupakan lawan dari personifikasi.
Contoh : - “Aku heran melihat
Tono mematung”
-
Rakyat menyemut
di sekitar Bundaran HI Jakarta ketika berdemonstrasi.
5.
Alegori
Alegori adalah majas yang menjelaskan maksud
suatu ungkapan tidak secara harfiah, umumnya merajuk pada penggunaan retorika
yang memperlihatkan perbandingan utuh dan memiliki kesatuan yang menyeluruh.
Contoh :
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang
mengalir menyusuri tebing-tebing, terkadang sulit ditebak keselamatannya, rela
menerima segala sampah, dan pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan
laut.
***
Suara kertas, Ukiran asa dalam impian, Tak
pernah terdengar selalu sunyi dan samar.
Padahal sudah kugabungkan dengan suara
telapak ladam dan sedikit tapak kaki kuda. Namun tembang kerap kali
berdengung, Tersembunyi dalam mushaf yang kususun sendiri. – Dini -
6.
Alusio
Alusio adalah majas perbandingan yang
menggunakan berbagai kata kiasan dan peribahasa yang sudah lazim didengar semua
orang. Contoh : sudah dua hari ini ia tak terlihat batang hidungnya.
7.
Antropomorfise
Antropomorfise adalah metafora yang
menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal
yang bukan manusia. Antropomorfise merupakan atribusi karakteristik manusia ke
makhluk bukan manusia.
Contoh : Para begal itu menunggu pejalan kaki
yang melintasi hutan angker yang dikenal dengan tempat jin buang anak.
8.
Sinestesia
Sinestesia adalah majas yang berupa suatu
ungkapan frasa dari suatu indra, yang dicurahkan lewat ungkapan frasa indra
lainnya. Contoh : Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai
berdandan; Suaranya terang sekali; Rupanya manis; Namanya harum, dll.
9.
Antonomasia
Antonomasi digunakan sebagai nama diri atau
nama diri lain yang digunakan sebagai nama jenis. Contoh : Si Gemuk; Si
Lincah; Si Pintarlah , Kepala Sekolah mengundang para orang tua murid,
dll
10.
Aptronim
Aptronim adalah suatu pemberian nama orang,
yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Contoh : Karena sehari-hari ia
bekerja sebagai kusir gerobak, ia di panggil Karto Grobak.
11.
Metonimia
Metonimia adalah sebuah majas yang menggunakan
sepatah dua patah kata, yang merupakan merek, macam, atau yang lainnya, yang
merupakan satu kesatuan dari sebuah kata. Contoh: Kakak pergi naik Kijang
Hijau (Sebutan mobil diganti dengan Kijang).
12.
Hipokrisme
Hipokrisme adalah penggunaan nama timangan
atau kata yang dipakai untuk menunjukan hubungan karib. Contoh: “Lama Otok
hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuatnya kian terkesima.”
13.
Litotes
Litotes adalah majas yang mengungkapkan suatu
perkataan dengan rendah hati dan lemah lembut. Contoh : “Silahkan singgah di
gubuk saya”
14.
Hiperbola
Hiperbola adalah pengungkapan yang
melebih-lebihkan kenyataan, dengan maksud untuk memperoleh efek tertentu, bukan
yang sebenarnya, sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh :
Dengan suara menggelegar, dia berkata: “Pergi kau dari sini!”;
Secepat kilat ia berlari menuju garis finish.
15.
Sinokdoke
Sinekdoke adaah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian, namun dengan seluruh bagian atau sebaliknya. Contoh : Sudah ditunggu
hingga satu jam lamanya, tapi ia tidak tampak batang hidungnya.
16.
Eufimisme
Eufimisme adalah ungkapn yang lebih haalus
sebagai pengganti ungkapan yang dianggap tidak pantas atau kasar. Contoh : Uang
sumbangan untuk korban banjir telh dikorupsi Oleh para pejabat. Diganti
dengan :
Uang sumbangan korban banjir telah disunat
oleh para pejabat.
17.
Fabel
Majas yang menyatakan perilaku binatang
sebagai manusia yang dapat berfikir dan bertutur kata. Contoh : Cerita kancil
atau Tantri di Indonesia.
18.
Parabel
Cerita rekaan untuk menyampaikan ajaran agama,
moral, atau kebenaran umum, dengan menggunakan perbandingan atau ibarat. Contoh
: “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara”
19.
Perifrasa
Majas yang berupa pengungkapan panjang sebagai
pengganti pengungkapan yang lebih pendek. Contoh: Ia besekolah di Kota
Kembang. (maksudnya: Bandung).
20.
Eponim
Nama orang (bisa nyata atau fiksi) yang
dipakai untuk menamai suatu tempat, penemuan, atau benda tertentu, dikarenakan
kontribusi atau peranan tokoh yang bersangkutan pada objek yang dinamai
tersebut. Contoh: Bilangan Avogadro (ditemukan oleh Amedeo Avogodro); Penyakit
Parkinson (ditemukan oleh James Parkinson); dll.
21.
Simbolik
Majas yang melukiskan suatu dengan mengunakan
simbol benda, binatang atau tumbuhan. Contoh: Rumah itu hangus dilalap Si
Jago Merah.
22.
Kiasmus
Gaya bahasa yang
berisikan perulangan, sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan
antara duakata dalam satu kalimat. Contoh: “ Ia menyalahkan yang benar dan
membenarkan yang salah”.
B.
Majas Sindiran
Majas sindiran dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Ironi
Merupakan sindiran dengan menyembunyikan fakta
yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut atau mengungkapkan
sindiran halus. Contoh: “Wah, pemerintah sekarang memang sukses, Ya! Ya,
sukses menaikan harga-harga”
2.
Sarkasme
Suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir
atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Contoh: Mulutmu harimaumu yang
siap menerkam dirimu.
3.
Sinisme
Ungkapan yang bersifat mencemoh piiran atau
ide bahwa kebaikan terdapat pada manusi (lebih kasar dari ironi). Contoh:
Tulisanmu seperti dokter, sehingga sulit dibaca.
4.
Satire
Gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap
suatu keadaan atau sifat seseorang. Contoh: Jemu aku dengan bicaramu.
5.
Innuendo
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta
sesungguhnya. Contoh: Dia diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil berkat pengaruh
kuat ayahnya.
C.
Majas Pengulangan (Penegasan)
Majas yang termasuk
dalam kelompok majas pengulangan (penegasan) adalah sebagai berikut :
1.
Pleonasme
Gaya bahasa penegasan yang memakai kata
tambahan (yang sebenarnya tidak perlu karena kata sebelumnya sudah dapat
dipahami. Contoh: Darah itu merah, Jendral!; Kita harus berdiri
diatas kaki sendiri.
2.
Repetisi
Gaya bahasa penegasan dengan cara mengulang
kata yang sudah diucapkan berkali-kali untuk menimbulkan kesan yang mantap dan
menarik. Contoh: Kita bangsa yang merdeka saudara-saudara! Kita harus bebas
dalam menentukan pilihan....... kita tidak boleh takut terhadap penindasan-penindasan!
Tanamkan iman di dalam dada..... Tanamkan iman di dalam hati.... Tanamkan agama
dari jiwa hingga berurat berakar.
3.
Paralelisme
Gaya bahasa penegasan yang sering dipake dalam
puisi. Contoh: KepadaMu aku bersujud, KepadaMu aku bersembah, KepadaMu aku
menghamba, KepadaMu segala nafas dan Rohku.
4.
Tautologi
Gaya bahasa penjelasa dengan kata beberapa
kali dalam sebuah kalimat. Contoh: “Maaf.... maaf .... berapa kali kau minta
maaf, tapi kau masih saja bandel. Rasa hatiku pedih hatiku bagaikan diiris
sembilu, hatiku seperti dibakar api, hatiku dicabik-cabik.
Dia mengintaiku, dia menyakitiku dan kini dia
meninggaliku. Klimaks
Gaya bahasa penegasan yang mengungkapkan suatu
hal secara berturut-turut, yang semakin lama semakin memuncak. Contoh: Mulai
sejak bayi, anak-anak, tumbuh remaja hingga berumah tangga, dia selalu patuh
terhadap orang tua.
5.
Antiklimaks
Gaya Bahasa penegasan yang bergantung dalam
kata-kata yang diucapkannya, yaitu semakin lama semakin menurun atau lemah.
Contoh: dari pejabat kabupaten, kek memberinya. kecamatan, desa dan Rt,
berkumpul mengadakan rapat. Jangankan seratusribu, sepuluhribu saja dia tidak
memberinya, jangankan bergaul atau mengajak berbicara, melihat saja sudah muak.
6.
Koreksio
Gaya bahasa penegasan berupa membetulkan (mengoreksi)
kembali kata-kata yang salah satu sengaja diucapkan salah. Contoh: Semua
kerugian harus ditanggung anggota, maksuku kita semua.
Masih banyak lagi majas yang tergabung dalam
kategori ini seperti majas Retoris, Asindenton, Polisendenton, interupsi,
praterito, dll.
D.
Majas Pertentangan Makna
Dalam majas pertentangan makna terdapat banyak
pula kelompok yang termasuk kedalam
majas ini yaitu sebagai beriut :
1.
Paradoks
Gaya bahasa yang hanya menampaka arti dengan
objek sebenarnya. Contoh: hatinya duka walaupun duulang tahunnya sangat meriah.
Bagaikan ayam mati didalam lumbung.
2.
Antitesis
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang
berlawanan artinya dengan maksud sebagai penekanan pertentangan. Contoh: Kaya
atau miskin itu takdir Tuhan. Besar atau kecil sama saja ongkosnya.
3.
Okupasi
Gaya bahasa yang mengandung bantahan tetapi
akhirnya diberi penjelasan. Contoh: Pilkoplo sangat merusak moral bangsa. Tidak
hanya pemuda, tetapi generasi tua pun ikut terseret menggunakannya. Pengguna
pilkoplo menyadari akan bahaya itu tetapi dia tidak dapat semudah itu
meninggalkannya.
4.
Kontradiksi interminus
Gaya bahasa yang menggunakan kata pertentangan
penjelasan semula. Contoh: semua anak-anakmu penurut, hanya si Agus yang
bandel.
Tentunya
masih ada majas lainnya yang masih tergolong dalam kelompok majas ini misalnya
seperti majas Anakronisme, majas Histeron Proteran, dan majas Hipalase.