Selasa, 28 Agustus 2012

KUNCI KEHIDUPAN

Hidup adalah sebuah mozaik perasaan, terkadang asin, pedas, manis, bahkan pahit
Hidup adalah sejuta teka-teki misteri, siapa yang paling bersabar mengaplikasikan hidupnya dialah yang beruntung, semua tak mudah dengan asal jawab karena ada sebuah kunci yang seseorang itu seolah mngerti tapi tak bisa menggunakannya, ia lebih memilih jalan instan dengan kunci serep yang padahal tidak menjamin akan keselamatannya.
Hidup memang butuh perjuangan, perjuangan untuk meraih kunci itu, kunci kesuksesan dengan jalan taqwa....

Sabtu, 14 April 2012

MAJAS


I.                   PENGERTIAN MAJAS
Majas sudah seringkali dibicarakan orang terutama oleh para pakar, baik dari bidang linguistik maupun bidang sastra. Menurut kamus B.Indonesia yang diterbitkan oleh Tim Media Center Pressindo, Majas adalah kiasan, cara menggambarkan sesuatu dengan jalan memperbandingkan atau menyamakan dengan sesuatu yang lain. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik[1]. Seorang pakar Slamet Mulyana mendefinisikan majas sebagai susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Dari beberapa pengertian diatas bisa kita tarik sebuah kesimpulan, bahwa majas adalah cara menampilkan diri dalam berbahasa, baik secara tulisan maupun lisan yang di realisasikan melalui kiasan. Majas merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan disaat seseorang ingin mengungkapkan perasaannya, dan seringkali menimbulkan reaksi berupa tanggapan.
II.                 KLASIFIKASI MAJAS
Majas dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, menurut Moeliono dalam bukunya Kembara Bahasa (1979), majas diklasifikasi menjadi tiga kelompok yakni, Majas Perbandingan, Majas Pertentangan, dan Majas Pertautan. Dalam pembahasan ini akan kita ulas pula 2 majas tambahan yaitu Majas Sindiran dan Majas Perulangan.
A.                 Majas Perbandingan Makna
Ada banyak majas yang masuk dalam katagori ini. Berikut beberapa majas tersebut :
1.        Simile
Simile adalah majas yang mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung, dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, misalnya : Seperti, layaknya, bagaikan, semisalnya dll.
Contoh : -  Pemuda itu bagaikan seorang Jawara dari Timr Tengah. 
-           Persahabatan kami layaknya sebuah rantai kokoh.






2.        Metafora
Metafora adalah majas yang mengungkapkan sesuatu secara langsung yang menggunakan kata-kata kiasan yang bukan arti sesungguhnya namun memiliki suatu sifat yang sama dan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan, dll.   
Contoh : -  Engkau adalah belahan jantung hatiku;
-           Raja siang telah merangkak keluar dari ufuk timur
-          Dengan penuh semangat santri berlayar menuju cita-cita
3.        Personifikasi
Personifikasi adalah jenis gaya bahasa yang membandingkan benda mati atau yang tidak bergerak seolah-olah bernyawa sebagaimana sifat-sifat yang dimiliki manusia.  Contoh :
Daun nyiur melambai-lambai
Angin berbisik membelai rambutku
Mentari tersenyum diufuk timur
Era globalisasi mengguncang budaya asli
4.        Depersonifikasi
Depersonifikasi adalah majas yang menampilkan manusia sebagai binatang, benda-benda alam, atau benda lainnya. Depersonifikasi merupakan lawan dari personifikasi.  Contoh : -   “Aku heran melihat Tono mematung”
-         Rakyat menyemut di sekitar Bundaran HI Jakarta ketika berdemonstrasi.

5.        Alegori
Alegori adalah majas yang menjelaskan maksud suatu ungkapan tidak secara harfiah, umumnya merajuk pada penggunaan retorika yang memperlihatkan perbandingan utuh dan memiliki kesatuan yang menyeluruh.
Contoh :
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, terkadang sulit ditebak keselamatannya, rela menerima segala sampah, dan pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. 
***
Suara kertas, Ukiran asa dalam impian, Tak pernah terdengar selalu sunyi dan samar.
Padahal sudah kugabungkan dengan suara telapak ladam dan sedikit tapak kaki kuda. Namun tembang kerap kali berdengung, Tersembunyi dalam mushaf yang kususun sendiri. – Dini -
6.        Alusio
Alusio adalah majas perbandingan yang menggunakan berbagai kata kiasan dan peribahasa yang sudah lazim didengar semua orang. Contoh : sudah dua hari ini ia tak terlihat batang hidungnya.
7.        Antropomorfise
Antropomorfise adalah metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Antropomorfise merupakan atribusi karakteristik manusia ke makhluk bukan manusia.
Contoh : Para begal itu menunggu pejalan kaki yang melintasi hutan angker yang dikenal dengan tempat jin buang anak.  
8.        Sinestesia
Sinestesia adalah majas yang berupa suatu ungkapan frasa dari suatu indra, yang dicurahkan lewat ungkapan frasa indra lainnya. Contoh : Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan; Suaranya terang sekali; Rupanya manis; Namanya harum, dll.
9.        Antonomasia
Antonomasi digunakan sebagai nama diri atau nama diri lain yang digunakan sebagai nama jenis. Contoh : Si Gemuk; Si Lincah; Si Pintarlah , Kepala Sekolah mengundang para orang tua murid, dll
10.    Aptronim
Aptronim adalah suatu pemberian nama orang, yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Contoh : Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia di panggil Karto Grobak.
11.    Metonimia
Metonimia adalah sebuah majas yang menggunakan sepatah dua patah kata, yang merupakan merek, macam, atau yang lainnya, yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata. Contoh: Kakak pergi naik Kijang Hijau (Sebutan mobil diganti dengan Kijang).
12.    Hipokrisme
Hipokrisme adalah penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukan hubungan karib. Contoh: “Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuatnya kian terkesima.”
13.    Litotes
Litotes adalah majas yang mengungkapkan suatu perkataan dengan rendah hati dan lemah lembut. Contoh : “Silahkan singgah di gubuk saya”
14.    Hiperbola
Hiperbola adalah pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan, dengan maksud untuk memperoleh efek tertentu, bukan yang sebenarnya, sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh : Dengan suara menggelegar, dia berkata: “Pergi kau dari sini!”; Secepat kilat ia berlari menuju garis finish.
15.    Sinokdoke
Sinekdoke adaah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, namun dengan seluruh bagian atau sebaliknya. Contoh : Sudah ditunggu hingga satu jam lamanya, tapi ia tidak tampak batang hidungnya.
16.    Eufimisme
Eufimisme adalah ungkapn yang lebih haalus sebagai pengganti ungkapan yang dianggap tidak pantas atau kasar. Contoh : Uang sumbangan untuk korban banjir telh dikorupsi Oleh para pejabat. Diganti dengan :
Uang sumbangan korban banjir telah disunat oleh para pejabat.
17.    Fabel
Majas yang menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berfikir dan bertutur kata. Contoh : Cerita kancil atau Tantri di Indonesia.
18.    Parabel
Cerita rekaan untuk menyampaikan ajaran agama, moral, atau kebenaran umum, dengan menggunakan perbandingan atau ibarat. Contoh : “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara”
19.    Perifrasa
Majas yang berupa pengungkapan panjang sebagai pengganti pengungkapan yang lebih pendek. Contoh: Ia besekolah di Kota Kembang. (maksudnya: Bandung).
20.    Eponim
Nama orang (bisa nyata atau fiksi) yang dipakai untuk menamai suatu tempat, penemuan, atau benda tertentu, dikarenakan kontribusi atau peranan tokoh yang bersangkutan pada objek yang dinamai tersebut. Contoh: Bilangan Avogadro (ditemukan oleh Amedeo Avogodro); Penyakit Parkinson (ditemukan oleh James Parkinson); dll.
21.    Simbolik
Majas yang melukiskan suatu dengan mengunakan simbol benda, binatang atau tumbuhan. Contoh: Rumah itu hangus dilalap Si Jago Merah.
22.    Kiasmus
Gaya bahasa yang berisikan perulangan, sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara duakata dalam satu kalimat. Contoh: “ Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah”.

B.                  Majas Sindiran
Majas sindiran dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.                  Ironi
Merupakan sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut atau mengungkapkan sindiran halus. Contoh: “Wah, pemerintah sekarang memang sukses, Ya! Ya, sukses menaikan harga-harga”
2.                  Sarkasme
Suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Contoh: Mulutmu harimaumu yang siap menerkam dirimu.
3.                  Sinisme
Ungkapan yang bersifat mencemoh piiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusi (lebih kasar dari ironi). Contoh: Tulisanmu seperti dokter, sehingga sulit dibaca.
4.                  Satire
Gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau sifat seseorang. Contoh: Jemu aku dengan bicaramu.
5.                  Innuendo
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. Contoh: Dia diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil berkat pengaruh kuat ayahnya.
  
C.                  Majas Pengulangan (Penegasan)
Majas yang termasuk dalam kelompok majas pengulangan (penegasan) adalah sebagai berikut :
1.                  Pleonasme
Gaya bahasa penegasan yang memakai kata tambahan (yang sebenarnya tidak perlu karena kata sebelumnya sudah dapat dipahami. Contoh: Darah itu merah, Jendral!; Kita harus berdiri diatas kaki sendiri.
2.                  Repetisi
Gaya bahasa penegasan dengan cara mengulang kata yang sudah diucapkan berkali-kali untuk menimbulkan kesan yang mantap dan menarik. Contoh: Kita bangsa yang merdeka saudara-saudara! Kita harus bebas dalam menentukan pilihan....... kita tidak boleh takut terhadap penindasan-penindasan! Tanamkan iman di dalam dada..... Tanamkan iman di dalam hati.... Tanamkan agama dari jiwa hingga berurat berakar.
3.                  Paralelisme
Gaya bahasa penegasan yang sering dipake dalam puisi. Contoh: KepadaMu aku bersujud, KepadaMu aku bersembah, KepadaMu aku menghamba, KepadaMu segala nafas dan Rohku.
4.                  Tautologi
Gaya bahasa penjelasa dengan kata beberapa kali dalam sebuah kalimat. Contoh: “Maaf.... maaf .... berapa kali kau minta maaf, tapi kau masih saja bandel. Rasa hatiku pedih hatiku bagaikan diiris sembilu, hatiku seperti dibakar api, hatiku dicabik-cabik.
Dia mengintaiku, dia menyakitiku dan kini dia meninggaliku.   Klimaks
Gaya bahasa penegasan yang mengungkapkan suatu hal secara berturut-turut, yang semakin lama semakin memuncak. Contoh: Mulai sejak bayi, anak-anak, tumbuh remaja hingga berumah tangga, dia selalu patuh terhadap orang tua.
5.                  Antiklimaks
Gaya Bahasa penegasan yang bergantung dalam kata-kata yang diucapkannya, yaitu semakin lama semakin menurun atau lemah. Contoh: dari pejabat kabupaten, kek memberinya. kecamatan, desa dan Rt, berkumpul mengadakan rapat. Jangankan seratusribu, sepuluhribu saja dia tidak memberinya, jangankan bergaul atau mengajak berbicara, melihat saja sudah muak.
6.                   Koreksio
Gaya bahasa penegasan berupa membetulkan (mengoreksi) kembali kata-kata yang salah satu sengaja diucapkan salah. Contoh: Semua kerugian harus ditanggung anggota, maksuku kita semua.
                         
Masih banyak lagi majas yang tergabung dalam kategori ini seperti majas Retoris, Asindenton, Polisendenton, interupsi, praterito, dll.

D.                 Majas Pertentangan Makna
Dalam majas pertentangan makna terdapat banyak pula kelompok yang termasuk   kedalam majas ini yaitu sebagai beriut :
1.         Paradoks
Gaya bahasa yang hanya menampaka arti dengan objek sebenarnya. Contoh: hatinya duka walaupun duulang tahunnya sangat meriah. Bagaikan ayam mati didalam lumbung.
2.      Antitesis
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang berlawanan artinya dengan maksud sebagai penekanan pertentangan. Contoh: Kaya atau miskin itu takdir Tuhan. Besar atau kecil sama saja ongkosnya.
3.      Okupasi
Gaya bahasa yang mengandung bantahan tetapi akhirnya diberi penjelasan. Contoh: Pilkoplo sangat merusak moral bangsa. Tidak hanya pemuda, tetapi generasi tua pun ikut terseret menggunakannya. Pengguna pilkoplo menyadari akan bahaya itu tetapi dia tidak dapat semudah itu meninggalkannya.
4.      Kontradiksi interminus
Gaya bahasa yang menggunakan kata pertentangan penjelasan semula. Contoh: semua anak-anakmu penurut, hanya si Agus yang bandel.

            Tentunya masih ada majas lainnya yang masih tergolong dalam kelompok majas ini misalnya seperti majas Anakronisme, majas Histeron Proteran, dan majas Hipalase.